ONENEWSOKE.com
SUKABUMI, – Tak terasa sudah 10 tahun perjalanan Widya Erti Indonesia (WEI), dengan semangat berkontribusi nyata, yayasan ini terus menggelar kegiatan penanaman 1.000 pohon di lima wilayah kerja WEI, yakni Riau, Sukabumi, Lampung, Tana Toraja, dan Jakarta. Jum’at (15/11/2024 ).
Kegiatan ini bertajuk “Menanam Harapan, Menuai Keberlanjutan” dan merupakan simbol komitmen WEI untuk pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan.
Dalam rangka menjaga vegetasi sempadan sungai di Riau, WEI menanam 100 pohon Meranti Merah di Desa Seberida, Kecamatan Batang Gansal, Provinsi Riau. Penanaman di riparian sunga ini bertujuan untuk menjaga kualitas dan daya dukung tanah serta aliran air.
Direktur Eksekutif WEI, Made
Wiranatha Krisna, menyampaikan bahwa penanaman ini menjadi langkah penting untuk menjaga keseimbangan ekologi dan mendukung praktik keberlanjutan petani di wilayah sekitar.
“Riparian sungai adalah salah satu fondasi dalam menjaga kestabilan tepian sungai dan pelestarian air tanah serta dapat menjaga biodiversitas untuk menjaga ekosistem kebun yang mendukung keberlanjutan produktivitas petani.” ungkapnya.
Melengkapai rangkaian kegiatan di Riau, WEI melakukan kunjungan ke
Perkumpulan Petani Sawit Swadaya Karya Serumpun (PPSSKS), Gerai kelompok wanita tani (KWT) Karya Serumpun, dan Dapur Gula Sawit.
Di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, pada 6 November 3024 , WEI melakukan kegiatan penanaman 300 pohon mangrove, tepatnya di Pantai Cikadal, Desa Mandrajaya, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi. Kegiatan ini bertujuan menjaga kelestarian ekosistem sekaligus memperkuat ketahanan pesisir dari abrasi.
100 pohon kakao juga ditanam di Lampung Timur untuk mendukung sistem intercropping yang efisien dengan tanaman kelapa genjah dalam penggunaan pencahayaan dan sumber
hara.
“Penanaman kakao sebagai tanaman intercropping dari kelapa genjah bukan sekadar menambah hijau, tetapi langkah konkrit untuk masa depan yang berkelanjutan dan produktif bagi masyarakat.” ujar Prof Bagus Tarno, Dewan Pembina WEI yang turut hadir dikegiatan tersebut.
Ia berharap bahwa inovasi varietas kelapa genjah yang lebih mudah disadap berpotensi menambah keterlibatan peran wanita hingga meningkatkan kesejahteraan petani setempat.
Dalam kunjungan ini, Nanang Budiyanto, Dewan Pengawas WEI, juga memberikan masukan mengenai pengelolaan nira, serta mendukung pengembangan dapur komunal sebagai pusat ekonomi yang mendukung kesejahteraan petani.
Perwakilan petani muda, Kang Ujang, juga menyampaikan keinginannya untuk terus meningkatkan keterampilan agar dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat di tempat tinggalnya.
Di Kabupaten Tana Toraja, khususnya desa (Lembang) Maroson menjadi lokasi penanaman 500 bibit kakao sebagai wujud komitmen WEI mendukung pengembangan sumber daya
manusia dan ekonomi melalui program Rural Resilience Initiative (RURISE).
Bibit kakao dibagikan kepada petani di 5 dusun: Randanan, Palakka, Lameme’, Rarung, dan Pasang Lambe’. Kepala Lembang Maroson, Petrus Ta’dung menyambut bahagia program ini.
“Lembang Maroson patut berbangga dengan keberadaan program pemberdayaan petani dengan teknik budidaya yang ramah lingkungan dan pelatihan pengolahan produk lokal
berupa cokelat.” ujar Petrus Ta’dung.
WEI memperkenalkan konsep integrated farming yang memadukan kakao
dengan peternakan dan hortikultura, guna meningkatkan produktivitas dan diversifikasi pendapatan masyarakat.
Di Jakarta, kegiatan yang diadakan pada tanggal 7 November 2024 di Kelurahan
Kebagusan, Jakarta Selatan, WEI telah melaksanakan penanaman 10 pohon produktif, termasuk buni, matoa, dan kecapi di tiga wilayah Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kelurahan Kebagusan (RPTRA Kecapi, RPTRA Perdamaian, dan RPTRA Bagus) jadi simbol awal merawat masa depan yang lebih hijau.
“Tanaman ini bukan hanya penghijauan, namun juga dapat bermanfaat untuk warga dan masyarakat sekitar,” ungkap Rudi Budijanto, Lurah Kebagusan.
Jakarta dipilih sebagai simbol transformasi kota besar menuju masa depan.